Monday, September 27, 2010

CARBOHOLIC: Tidak Makan Nasi Tidak Kenyang

Inti Program Shapeworks adalah mengubah pola makan sehari-hari dari berbasis KARBOHIDRAT menjadi berbasis PROTEIN.

Kebanyakan orang yang saya sharing-kan tentang Program Shapeworks umumnya akan spontan bertanya, “Hah? Makannya diganti dengan minum Shake? Emang kenyang? Soalnya, saya gak kenyang kalo gak makan nasi!”



Aha! Itulah yang terlintas di kepala saya saat pertama kali diperkenalkan dengan program ini! Mungkin Anda pun mempertanyakan hal yang sama. Nah, biar nggak penasaran, sekarang saya akan coba menjelaskannya.

Yang pertama. Tahukah Anda dengan fakta ini: NYARIS SEMUA ORANG INDONESIA KECANDUAN KARBOHIDRAT! Atau bahasa kerennya: carboholic.

Carboholic? Apaan tuh?

Pernahkah Anda mengalami hal semacam ini: Sudah makan tiga potong donat ukuran jumbo, eh, 1-2 jam kemudian masih mencari nasi Padang? Atau makan nasi dengan lauk mie goreng plus perkedel kentang dan dadar jagung?

Jika jawabannya ya, itulah salah satu gejala carboholic.

Lantas, apa penyebabnya?

Begini, kawan. Manusia seharusnya mengonsumsi makanan dengan komposisi seimbang. Tapi coba lihat menu makanan Anda sehari-hari. Berapa bagian dari makanan di piring Anda yang merupakan nasi? Biasanya minimal 50% adalah nasi. Apalagi kalau tanggal tua. Nasi sebakul hanya ditemani satu-dua potong tempe goreng plus selembar krupuk dan sambal terasi. (Hihihi).

Orang Indonesia cenderung mengonsumsi karbohidrat dalam porsi yang jauh lebih besar daripada kebutuhan tubuhnya. Inilah yang disebut porsi makan tak berimbang. Karbohidrat dikonsumsi berlebihan. Segala sesuatu yang dikonsumsi secara berlebihan, lambat-laun pasti akan menimbulkan kecanduan.

Lantas apa pengaruh kecanduan karbohidrat ?

Yang paling signifikan sih, tubuh selalu meminta karbohidrat dalam jumlah banyak. Walhasil, meskipun Anda sebenarnya sudah makan ikan banyak sekali, baru sebentar saja perut akan terasa lapar lagi. Yang ini khas Indonesia banget: Kalo belum makan nasi, rasanya seperti belum makan:-)

Efek lainnya: Inilah penyebab jika stok beras terbatas, masyarakat menjadi panik (http://www.detikfinance.com/read/2010/08/20/162902/1424479/4/hatta-nilai-rakyat-indonesia-kecanduan-beras)

Nah, rasa lapar ini sebenarnya adalah rasa lapar palsu, yang muncul lantaran tubuh merasa kekurangan karbohidrat (karena sudah kecanduan karbohidrat). Padahal, aslinya sih tubuh sudah tidak membutuhkan asupan karbohidrat lagi.

Kecanduan karbohidrat juga merupakan jawaban atas pertanyaan Mengapa Anda Gemuk dan Bertambah Gemuk. Karena semakin banyak Anda menyantap karbohidrat, semakin Anda ketagihan dan ingin terus menyantapnya!

Saya menyebutnya lingkaran setan carboholic!

Sayangnya, kebanyakan orang tidak menyadari bahwa dirinya mengidap carboholic. Atau, kalau pun menyadari, menganggapnya hal yang biasa! Makan nasi dengan lauk mie goreng, perkedel kentang, dan dadar jagung, bukankah itu menu makan yang biasa bagi orang Indonesia?

Memang, karbohidrat diperlukan bagi kesehatan karena merupakan sumber utama energi. Zat ini juga berfungsi mengatur gula darah, menyimpan energi, memperbaiki otot-otot, serta memelihara dan mengatur saluran pencernaan yang sehat. Namun terlalu banyak konsumsi karbohidrat juga akan menimbulkan terlalu banyak insulin dalam aliran darah, ujung-ujungnya memudahkan kalori berubah menjadi lemak. Protein atau lemak menjadi tidak tercerna dengan baik untuk pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh sewajarnya.

So, jangan berlebihan. Yang sedang-sedang sajalah kalau makan karbohidrat ... :-)

Formula 1 Shake yang nikmat dengan 3 varian rasa (Vanila/Stroberi/Coklat) bagi saya adalah “obat mujarab” untuk mengatasi kecanduan karbohidrat ini. Di samping berhasil turun 14 kg, kini saya menjadi tidak terlalu berselera terhadap karbohidrat, tidak bisa makan banyak, dan lebih memilih serat atau protein sebagai bagian dari menu makanan sehari-hari.

Tapi jangan dikira perjalanan saya “menyembuhkan” carboholic berjalan mulus, lho! Tahu nggak, di awal saya memulai Program Shapeworks, pagi hari saya minum Shake, namun 10 menit kemudian saya makan nasi lengkap dengan lauk-pauknya. (gak tahaann…!) Di samping karena memang tubuh saya yang carboholic tengah beradaptasi dengan pola makan yang baru, pikiran saya pun masih dipengaruhi oleh sugesti bahwa tidak makan nasi tidak kenyang. Akhirnya ya lapar beneran….:-)

Namun saya tahu, jika saya tidak segera keluar dari “lingkaran setan carboholic” ini, cepat atau lambat efeknya akan saya rasakan. Dengan bobot tubuh yang semakin bertambah hari demi hari, maka semakin besar risiko saya terkena serangan jantung, diabetes, bahkan stroke. Sungguh bukan penyakit yang ringan, apalagi jika membayangkan tumpukan rupiah yang harus saya korbankan untuk menginap di rumah sakit:-)

Bagaimana? Masih berani menganggap sepele carboholic? :-)

No comments: