Diet tinggi protein, rendah karbohidrat telah banyak dipromosikan dalam tahun-tahun terakhir ini sebagai metode yang efektif untuk menurunkan berat badan.
Diet-diet seperti ini umumnya merekomendasikan pesertanya untuk mendapatkan 30 sampai 50 persen kalorinya dari protein.
Bagaimana cara kerja diet tinggi protein rendah karbohidrat ini?
Dengan membatasi karbohidrat secara dramatis ke tingkat yang minim, maka tubuh akan memasuki kondisi metabolic yang berbeda atau disebut ketosis, dimana tubuh akan membakar lemaknya sendiri untuk mendapat energi.
Normalnya, tubuh akan membakar karbohidrat untuk energi. Karbohidrat adalah sumber energi utama untuk otak, jantung, dan organ-organ lain. Seseorang yang berada dalam kondisi ketosis akan mendapat energi dari ketones, yaitu potongan-potongan kecil karbon yang di dapat dari membakar lemak yang disimpan.
Saat tubuh berada dalam kondisi ketosis, maka rasa lapar anda cenderung untuk berkurang, sehingga memperbesar kemungkinan anda untuk makan lebih sedikit dibanding jika tidak sedang berada dalam kondisi ketosis. Namun, ketosis juga bisa menyebabkan masalah kesehatan, misalnya kegagalan ginjal (lihat dibawah).
Sebagai hasil dari kedaan ketosis, tubuh anda akan berubah dari mesin pembakar karbohidrat menjadi mesin pembakar lemak.
Jadi, tubuh anda yang tadinya bergantung pada makanan berkarbohidrat tinggi yang anda makan untuk mendapat energi, dan menyimpan sisanya sebagai lemak, sekarang menjadikan lemak tersebut sebagai sumber energi utama. Tujuannya adalah untuk menghasilkan penurunan berat badan.
Apa saja resiko yang berhubungan dengan diet tinggi protein rendah karbohidrat?
Diet tinggi protein rendah karbohidrat bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, antara lain:
- Kegagalan ginjal. Mengkonsumsi terlalu banyak protein akan membebani ginjal, yang membuat anda menjadi rentan terhadap penyakit ginjal.
- Tinggi kolesterol. Diet tinggi protein (terdiri dari daging merah, produk whole dairy, dan makanan tinggi kadar lemak) itu berhubungan dengan kolesterol tinggi. Penelitian menunjukkan adanya hubungan level kolesterol dengan peningkatan resiko dari berkembangnya penyakit jantung, stroke, dan kanker.
- Osteoporosis dan batu ginjal. Diet tinggi protein juga terbukti bisa menyebabkan orang untuk membuang kalsium lebih banyak dari biasanya melalui urine mereka. Untuk jangka panjang, ini bisa meningkatkan resiko dari osteoporosis dan batu ginjal.
- Kanker. Salah satu alasan dari diet tinggi protein bisa meningkatkan resiko dari penyakit tertentu adalah karena menghindari makanan berkarbohidrat dan vitamin, mineral, serat, serta antioxidant yang dikandungnya. Karena itu, penting untuk mendapatkan protein dari diet yang kaya akan whole grain, buah, dan sayuran. Bukan cuma karena anda perlu memenuhi kebutuhan protein, tapi juga membantu mengurangi resiko penyakit kanker.
- Kondisi metabolic yang tidak sehat (ketosis). Diet rendah karbohidrat bisa menyebabkan tubuh anda memasuki kondisi metabolis yang berbahaya (ketosis) karena membakar lemak, bukannya glucose, untuk mendapat energi. Selama kondisi ketosis, tubuh akan membentuk zat-zat yang dikenal sebagai ketones, yang bisa menyebabkan organ-organ menjadi gagal dan mengakibatkan gout, batu ginjal, atau gagal ginjal. Ketones juga menghilangkan selera makan, menyebabkan mual dan nafas bau. Ketosis bisa dicegah dengan makan karbohidrat minimal 100 gram per hari.
Apakah diet tinggi protein rendah karbohidrat itu cocok untuk anda?
Teori dari diet ini masih belum terbukti, dan para ahli umumnya mengkhawatirkan bahwa diet tinggi protein rendah karbohidrat ini bisa menjadi sumber berbagai masalah, terutama untuk sebagian besar populasi yang beresiko penyakit jantung.
Selain itu, diet ini juga tidak mengijinkan anda untuk banyak mengkonsumsi buah dan sayuran, seperti yang umumnya diajurkan oleh para ahli nutrisi karena sudah terbukti memberikan banyak manfaat bagi kesehatan.
Para ahli mengatakan untuk mencapai penurunan berat badan yang permanen, anda harus mengubah gaya hidup. Ini berarti mengikuti diet pengurangan kalori yang menyertakan grains, legumes, buah, dan sayuran, yang dikombinasikan dengan aktivitas fisik.
Sebelum memulai diet ini atau diet apapun, pastikan untuk berkonsultasi dulu dengan dokter agar bisa mencari metode yang paling tepat untuk anda.
No comments:
Post a Comment